Adalah John Logie Baird, pria kelahiran Skotlandia yang tercatat sebagai penemu TV ini patut mendapatkan penghargaan minimal rasa terimakasih dari kita. Bagaimana tidak, melalui penemuannya kita dapat menyaksikan peristiwa yang terjadi di luar jangkauan panca indera. Melalu televisi ini pula kita dapat melintas ruang dan waktu yang berbeda-beda. Efek yang ditimbulkannya pun luar biasa sehingga sosok wewe gombel dan kuntilanak pun dapat membuat brownies setelah menonton acara memasak yang dipandu oleh farah Quin di teve ( hal.32 ), Berita kematian Steve Job yang disaksikan oleh para Pocong menjadi inspirasi bagi mereka menciptakan iPoc ( hal.32 ).

Perkembangan televisi saat ini sudah demikian pesat. Mulai dari teve tabung dengan dua warna saja yakni hitam dan putih kini semakin berinovasi dengan kehadiran produk smart teve. Kini hampir setiap rumah memiliki teve dari layar tabung hingga layar datar. Teve bukan lagi barang yang mahal, bahkan acara yang beragam pun semakin memanjakan manusia untuk betah di depan teve hingga teve pun berbalik menyaksikan manusia. Kita akui bahwa kehadirannya membawa dampak positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan manusia. Hal ini juga mengisyaratkan bahwa sebagian besar pola pikir dan kebiasaan manusia terbentuk melalui informasi yang disampaikan melalui televisi.

Efek ini pula yang membuat fungsi teve menjadi dua sisi mata uang. Ada sisi positif dan tentu saja ada sisi negatif. Jika saja acara yang dihidangkan memiliki muatan nilai positif kehidupan maka peradaban manusia di bumi akan jauh melebihi kecerdasan alien yang konon lebih tinggi dari manusia. Bagaimana jika sebaliknya? acara-acara yang menyuguhkan berita kriminal, korupsi dan berita negatif lainnya memberikan persepsi seolah-olah bak contoh jika kita ingin melakukan perbuatan tersebut. Di sisi lain mungkin ada yang berpendapat bahwa peristiwa tersebut disajikan untuk menjadi hikmah bagi pemirsa agar tak melakukan hal serupa.



Cerita yang menarik dalam antologi ini dapat pula menjadi salah satu solusi untuk kepentingan hiburan bagi anak-anak kita. Jika saja buku yang diterbitkan oleh Yayasan Tifa dan Lespi ini didongengkan kepada anak-anak tentu dapat menjadi pengalih kebutuhan anak akan hiburan. Baca saja di halaman 17 yang diceritakan oleh Ajang ZA dimana tokoh Suyanto Musimduren berubah drastis dari sosok anak yang suka dengan teve menjadi anak yang suka membaca buku gara-gara teve di rumah rusak. Ini pula yang pernah saya alami dengan anak kami, ketika teve kami di rumah rusak, saya hadirkan banyak majalah anak sebagai penggantinya. Alhasil anak kami kini mulai terpola untuk gemar membaca. Jadi, menonton teve memang memberikan kita hiburan dan pengetahuan tetapi haruslah tetap dalam pengawasan. Imbangi pula dengan literasi berupa buku agar kebiasaan menonton acara televisi tak menghilangkan kegemaran membaca bagi setiap anak manusia.